Rabu, 25 Juli 2012

Wanita Dari Jembatan Kupu-Kupu

(sebuah cerita tentang kenangan, harapan, dan angan)

Di saat masa-masa keterpurukanku atas kejadian yang sebelumnya, aku merasa hidup ini terasa gelap, di malam hari pun tak ada Bulan ataupun Bintang. Tak ada seorangpun yang benar-benar dapat menemaniku, baik pagi, siang, sore, ataupun malam. Aku hanya dapat bercerita dalam imajinasi diri dengan tetap bercengkrama dengan sang pencipta. Hingga tiba pada suatu titik dimana fisik dan logika tidak dapat mensinkronisasi gerak tubuh ini. Hanya sakit yang kudapatkan, tak ada tenaga, tak ada harapan, tak ada logika yang mampu menjelaskan tentang semua kejadian yang terjadi pada saat itu.

Rutinitas pekerjaan yang akhirnya menjauhkanku dari situasi ini, akan tetapi hanya situasi, pikiranku tetap terfokus pada “sesuatu”. Akhirnya sampai kepada titik dimana semuanya terasa sangat jauh dan akupun pergi jauh meninggalkan semua yang terjadi di Jakarta, itupun ternyata hanya tubuh ini yang pergi meninggalkan Jakarta, akan tetapi pikiran ini tetap ada di Jakarta meninggalkan sedih dan pilu.

Suatu malam yang sunyi sepi dengan di iringi musik di telinga ini, akupun tersungkur di tempat tidur sama seperti malam-malam sebelumnya, dimana aku menjatuhkan semua lelah, lelah akan semua pikiran yang menghinggap selama 1 bulan lebih. (saat itu)

Dan malam itu dunia seakan berbalik 180’, seakan di bawa oleh malaikat tanpa sayap aku melihat seseorang wanita yang ternyata menetap sementara di sekitar jembatan kupu-kupu dan tinggal di dekat rumahku terdahulu. Dengan keraguan karena masih tersisa kenangan dan rasa sakit akan kenangan sebelumnya, sang malaikatpun memberikan petunjuk untuk mencoba untuk berbicara dengan wanita tersebut. Malam pun berganti pagi, pagipun berubah menjadi sore, dan kembali lagi menjadi malam. Walaupun hanya perbincangan biasa yang terjadi saat itu, ternyata itu telah membawa sedikit senyum kepada raga ini, memberikan sedikit warna, dan menemani kesendirianku di daerah asing.

Waktupun berakhir dan akupun kembali menginjakkan kaki di kota tercinta, Jakarta. Dengan sedikit keraguan dan rasa akupun mencoba bertemu dengan wanita tersebut di Kampoeng Anak. Dia yang tak pernah terpikirkan, Dia yang tak pernah terbayangkan, Dia yang benar-benar baru, dengan senyumannya Dia membawaku masuk ke dunia baru, dunia yang sebelumnya belum pernah terlihat olehku. Membuka sedikit mataku akan indahnya dunia ini jika dilihat dari banyak sudut bahkan sudut yang tak pernah sedikitpun terpikir olehku.

Dia yang saat itu terasa begitu baik, Dia yang saat itu peduli, dengan segala sifat
dan perilakunya, dengan segala cerita-ceritanya, pengalamanya, kerja kerasnya, dan lelahnya telah membawaku ke dunia yang berbeda dari yang sebelumnya walau masih di dalam lingkaran yang hampir sama. Ada sedikit banyak cerita dan kenangan tentang dirinya, tentang teman-temannya, tentang jembatan kupu-kupu, tentang gedung hitam di tengah kota yang hanya bisa di masuki lewat jalan belakang olehku.

Dia telah memberikan sedikit senyum dan harapan akan arti hidup, masa depan, arti sebuah perubahan, dan perjalanan di dunia baru. Saat-saat bersamanya merupakan sebuah kisah dan kenangan yang akan tetap ada selamanya, mengisi setiap sudut cerita yang kelak akan kuceritakan kepada mereka yang kupilih untuk kuceritakan.

Terimakasih teman terindah dalam pengalaman hidupku karenamu aku bisa sampai ke titik ini, engkau telah menjatuhkan tali di lubang tempatku terjatuh, engkau telah memberikan sedikit harapan dan warna dalam hidupku ini, dan berkat dirimu juga aku jadi bisa makan banyak lagi.(haha)
Aku hanya dapat menyampaikan kata “maaf” dan “terimakasih” atas semuanya, saat-saat bersamamu sungguh sangat menyenangkan, pengalaman sesaat yang ada juga telah memberikan pelajaran baru akan arti perubahan dan kerja keras. Engkau telah memberikan sedikit cahaya dalam gelapku. :)

1 komentar:

  1. terimakasih imel..udah bisa memberi semangat untuk bayamku ketika aku menghilang dan jauh :)

    BalasHapus